Dewirahmawati8's Blog

Posts Tagged ‘abraj al bait

Image

Foto di atas diambil ketika menunggu sholat isya. Di lantai 3 masjidil haram, jam tersebut (Mekkah Royal Clock ) terlihat jelas.

Sambil menunggu waktu sholat berikutnya, saya suka jalan ke luar masjidil haram hanya untuk sekedar melihat-lihat sekeliling masjid atau masuk ke dalam gedung-gedung yang ada di depan masjidil haram.  Sebagian besar adalah mall, restourant, apotik, dan hotel.  Tempat favorit saya adalah di  Abraj Al Bait, sambil menikmati makanan atau hanya numpang ke toilet yang berada di lantai 2.  Karena tempat ini aman ada sekurity 24 jam dan nyaman serta terjamin kebersihannya, jam 2 malam pun kita tidak takut untuk pergi sendiri ke toilet makanya saya hanya pernah sekali ke toilet masjidil haram selama di mekkah.  Selain jauh dan rada serem juga sehingga tidak boleh pergi sendirian karena berada di lantai dasar masjid.

Makanan di gedung ini  bervariasi dari cepat saji sampai diolah dulu, namun relatif mahal di banding tempat lainnya sehingga tidak terlalu ramai dikunjungi oleh jamaah Indonesia.  Di dalam gedung tersebut ada perahu untuk tempat makan dan mini kereta gantung yang berputar.   Jika dari luar masih di komplek Abraj Al Bait kita bisa melihat Jam raksasa di puncak gedung yang duduk di atas Mekkah Royal Clock, subhanalloh….Jam ini memiliki ketinggian 577 meter ini, ini merupakan jam raksasa yang memegang rekor sebagai jam terbesar di dunia, ukuran besarnya bahkan telah mengalahkan ukuran jam Big Ben di Inggris. Jamnya sendiri berdiameter 40 meter.  Selain itu, jam ini juga berwajah empat karena selain menghadap ka’bah, tetapi juga ada tiga jam lain di tower itu yang menghadap ke tiga arah lainnya, yang mengikuti bentuk segi empat permukaan dinding tower tersebut. Jam tersebut diterangi dua juta lampu LED serta dilengkapi huruf Arab ukuran besar yang bertulis lafadz Allah. Selain suara adzan yang terdengar  sebagai pengingat waktu sholat, maka lampu itu akan bersinar kelap kelip hijau dan putih yang berkilauan setiap saat datang waktu shalat.  Jam tersebut akan berjalan berdasarkan Standar Waktu Arabia (AST), yang tiga jam mendahului GMT (Greenwich Mean Time).  Suara azan yang keluar dari jam bisa terdengar hingga 7 Km.  Sementara nyala lampu hijau dan putih saat adzan bisa terlihat hingga jarak ± 30 Km.  Wajah jam berganti warna. Bila siang, wajah jam berwarna putih.  Bila malam menjadi hijau dan putih.

Ketika melihat jam berarti kita diingatkan bahwa jam kehidupan di dunia ini hanya sementara ada masa kontrak yang akan habis dan kelak kita mempertanggungjawabkannya di hari perhitungan. Dunia adalah tampat kita menanam dan menyiapkan bekal, pada waktunya kita akan mendapatkan hasilnya.  Semoga diri ini bisa selalu mengingat waktu, berarti mengingat mati dan selalu melembutkan hati.  Sesuai dengan ayat Allah “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.  Kami akan menguji kamu dengan keburukan & kebaikan sebagai cobaan & hanya kepada kamilah kamu di kembalikan”  (Qs. Al-Anbiyaa’ : 35).

Image

Gambar : Depan gedung Abraj Al Bait

Tante ida dan suaminya dari Amerika (San Fransisco), sedangkan saya dari Bekasi janjian bertemu di Masjidil Haram.  Tidak lama memang pertemuan kita di Mekkah karena tante lebih dahulu berada di Mekkah sedangkan saya seminggu menjelang wukuf baru ada di Mekkah.  Kami berencana sholat shubuh bareng di Masjidil Haram.  Saya memang tahajud di lantai 1 masjidil haram, ternyata tante saya di lantai 3. Karena jarak tahajud dan shubuh masih lama, apalagi di Masjidil Haram adzan shubuhnya dua kali.  Sehingga pergilah saya ke lantai 3, sesampainya di atas saya bingung mencari mana tante ida dan om agus karena ini baru hari ketiga saya di Masjidil Haram jadi belum mengenal seluk beluk Masjidil Haram.  Kami saling berteleponan namun tetap tidak bisa bertemu, akhirnya adzan shubuh yang kedua berkumandang, kemudian saya putuskan setelah sholat shubuh saja bertemunya dan selanjutnya saya turun kembali ke lantai 1 tempat sajadah dan tas saya tinggalkan.  Saat saya mau masuk ke pintu lantai 1 ternyata sudah penuh, askar melarang untuk masuk. Gawat dah, itu peralatan sholat saya di dalam masjid sedangkan saya tidak boleh masuk, dengan bahasa ala kadarnya bahasa tarzan saya berusaha menjelaskan kalau saya harus masuk karena sajadah saya sudah ada di dalam dan memohon agar bisa masuk. Alhamdulillah akhirnya dengan bahasa Inggris saya diizinkan masuk oleh askar.  Untungnya saya selalu mengingat nomor pelataran ka’bah yang bisa juga sebagai nomor penanda tempat penyimpanan alas kaki dan nomor petunjuk menuju pintu Masjidil Haram yang saya lalui sehingga mudah menemukan sajadah saya kembali.

Selesai shubuh saya langsung keluar masjid, tapi sebagian orang ada yang masih tetap di dalam masjid karena mereka menunggu agar tidak terlalu padat ketika keluar masjid.  Saya menunggu tante dan om di halaman Masjidil Haram di bawah lampu sejajar dengan pintu nomor satu Masjidil Haram.  Setelah beberapa saat akhirnya saya bertemu juga dengan mereka. Kemudian saya di ajak ke hotel mereka menginap.  Sebelumnya kami membeli makanan kecil dulu di mall.  Super mewah dan megah serta dengan fasilitas lengkap begitulah kesan pertama ketika masuk ke dalam Fairmont Hotel.  Dari kaca kamar kita bisa melihat ka’bah dan aktivitas tawaf secara langsung, sehingga memudahkan kalau kita ingin tawaf kira-kira di mana waktu tidak terlalu padat. Di ruangan tersebut hanya mereka berdua bandingkan dengan maktab rombongan saya menginap sekamar bisa 5-8 jamaah.  Kamar hotel Fairmont sangat luas karena ada ruang tamu yang terpisah dengan kamar tidur serta fasilitas lengkap layaknya hotel kelas atas. Mereka dapat makanan gratis dengan menunjukkan tanda pengenal ketika ingin makan di restoran yang ada di bawah hotel. Hotel mereka ada di lantai atas dan satu gedung dengan Abraj Al Bait yaitu sebuah kompleks bangunan yang terletak tepat berada didepan Masjidil Haram yang merupakan gedung pencakar langit. Gedung ini dengan tinggi 661 meter dengan 95 lantai, didalamnya selain terdapat hotel berbintang tujuh, juga ada condominuim, 4 lantai pusat perbelanjaan, perkantoran, ruang konfrensi dan fasilitas-fasilitas yang lain.  Menara Abraj Al Bait ini salah satu bangunan tertinggi di dunia.

Kelebihan saya bersama jamaah reguler yang menginap relatif jauh dari Masjidil Haram harus berangkat ke masjid lebih awal dan berjalan kaki serta waktu tinggal di mekkah lebih lama, ini adalah ibadah tambahan di banding mereka yang haji plus hanya beberapa menit sudah sampai Masjidil Haram dan waktunya singkat di Mekkah. Kadangkala mereka yang haji plus harus sholat di dalam mall, karena merasa dekat dengan masjid sehingga telat dan tidak kebagian tempat di dalam masjid.

Kami pun saling bercerita, ternyata proses haji via Amerika relatif singkat, bulan Juli daftar dan bulan oktober sudah bisa berangkat naik haji.  Berbeda dengan saya via Indonesia harus masuk daftar tunggu hingga 4 tahun untuk bisa pergi haji.  Perbedaan juga terletak dari manasik haji Indonesia di lakukan secara langsung dan praktek dengan pembimbing sedangkan di Amerika mereka manasik secara online dengan ustad dan mencari bahan-bahan referensi dari internet.  Jamaah yang akan berangkat haji pun bertemunya di bandara dan beberapakali transit.

Setelah berbincang-bincang, saya pun pamit untuk pulang.  Namun sebelum saya melanjutkan perjalanan, saya mampir terlebih dahulu ke hotel Marwah. Itu adalah hotel jamaah plus dari kalimantan bersebelahan dengan gedung Abraj Al Bait.  Di sana saya bertemu dengan Eyang ti dan Eyang kangkung (mertua kakak saya), mereka sedang menemui saudara kandungnya yang juga naik haji.  Sebelum masuk ke hotel Marwah lantai pertamanya adalah pusat perbelanjaan, saya menuju lantai 10 yang di dalam hotel Marwah sendiri terdapat fasilitas tv, kamar mandi, Ac, dan tempat tidur double. Luasnya sama dengan kamar di maktab cuma bedanya ini untuk 2 orang.

Bagi saya pribadi tidak pernah mempermasalahkan fasilitas haji reguler yang saya terima. Lagi pula saya lebih banyak menghabiskan waktu di Masjidil Haram. Kamar hanya untuk numpang memejamkan mata sesaat.  Apalagi masa itikaf artinya pulang ke maktab hanya untuk berganti pakaian saja dan mandi.  Yang terpenting apapun yang kita terima jika dengan hati yang ikhlas tidak akan menjadi beban ataupun keluhan. Menyadari ini bukan perjalanan berwisata tapi perjalanan religi.  Haji plus atau haji reguler hanya perbedaan di fasilitas yang di terima, tapi niatnya sama beribadah kepada Allah.  Mabrur bukan ditentukan dari fasilitas yang diperoleh dan dinikmati selama menjalankan ibadah haji di tanah suci. Banyak jamaah haji regular, meskipun dengan keterbatasan waktu dan jarak tempuh dari penginapan, tapi mereka mampu memaksimalkan ibadahnya di tanah suci. Mampu menjalankan ibadah shalat jamaah 5 waktu dan ibadah lain. Selain itu yang terpenting kita benar-benar ikhlas dan memaksimalkan apa yang sudah kita terima.